·
Andika Prasetya 10212785
·
Ari Meizar Rahardian 11212063
·
Imam Maliki
Windikaputra 13212648
·
Karisa Kadriani 14212026
·
Lussi Dwi Rahmawaty 8212144
·
Optapiana S 15212603
·
Rahmat Santoso 15212941
C.Kluckhon,
di dalam karyanya berjudul Universal
categories of cuiture, mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan, yaitu
KOREA
SELATAN
Agama Budha dan Kristen merupakan dua agama terbesar di Korea
Selatan. Namun demikian, banyak warga Korea Selatan yang tidak memiliki agama
dan pada prakteknya lebih sering menggabungkan system kepercayaan di dalam
kehidupan mereka. Menyebabkan, perbedaan agama yang satu dengan yang lainnya
menjadi samar.
Confusianisme,
lebih merupakan filosofi moral ketimbang sebuah agama, dalam berbagai hal lebih
terkemuka dalam kebudayaan Korea daripada berbagai agama yang ada.
Confusianisme diperkenalkan pertama kali di Cina 2000 tahun yang lalu. Banyak
ajarannya menggabungkan kehidupan sosial dan moral bangsa Korea. Confusianisme
memberikan bukti dalam prakteknya, seperti memberikan prioritas utama dalam
pendidikan dan menghormati yang lebih tua, dan juga upacara adat untuk mengenang
nenek moyang.
Ajaran
Mahayana dari agama Budha diperkenalkan dari India melalui Cina pada abad ke-4.
Kerajaan-kerajaan di Korea menjadikan agama Budha sebagai agama resmi pada
permulaan tahun 500 sampai 1392, ketika dinasti Choson mulai memperkenalkan
Neo-Confusianisme sebagai ideology bangsa dan mulai mengucilkan agama Budha.
Saat penganut Budha menyebar di berbagai daerah di Korea, dan banyak terdapat
biara dan candi Budha. Penganut Budha Son, yang menitikberatkan pada meditasi,
berasal dari Cina yang dikenal sebagai penganut Budha Chan, dan pada akhirnya
berpindah dari Korea ke Jepang, yang lebih dikenal sebagai penganut Budha Zen.
Taoism
lebih dikenal To-gyo di Korea, merupakan filosofi mistis yang juga
diperkenalkan dari cina bersamaan dengan ajaran Budha. Banyak prinsipnya sama
dengan kebudayaan Korea seperti menitikberatkan keselarasan dengan alam,
kesederhanaan, kemurnian, dan keabadian.
Korea
secara resmi tertutup untuk kalangan misionaris sampai tahun 1882, walaupun
pengetahuan akan agama Kristen sudah dikenal sebelumnya. Keanggotaan di dalam
persatuan Kristen sangat berkembang sejak tahun 1950-an, dan saat ini Korea
adalah negara dengan penganut Kristen terbesar di asia timur. Sekitar tiga
perempat penganut Kristen Korea adalah protestan, sementara sisanya adalah
penganut Katolik Roma.
Ratusan
agama baru dapat ditemukan di Korea. Hampir semua agama baru ini adalah
sinkretik, yang berarti menggabungkan berbagai sistem kepercayaan yang berbeda.
Salah satu yang terkenal adalah gereja persatuan, didirikan tahun 1954 oleh Sun
Myung Moon. Salah satu agama baru yang tertua adalah Ch’ŏndogyo (mengajarkan
jalan kesenangan), didirikan tahun 1860. agama ini menggabungkan elemen ajaran
Confusianisme, Budha, Kristen, Daoisisme dan Shamanisme
Shamanisme Korea berakar pada
kebudayaan kuno wilayah timur laut Asia. Kepercayaan ini merupakan sistem
kepercayaan masyarakat kuno yang merupakan hal penting dalam warisan kebudayaan
Korea. Didasari oleh kepercayaan animisme, Shamanisme menitikberatkan pada
ritual atau upacara ramalan oleh penganut kepercayaan (Mudang), yang kebanyakan
adalah wanita. Walaupun Shamanisme bukan merupakan agama, banyak masyarakat
Korea yang berkonsultasi dengan penganut Shamanisme ketika merasakan kesedihan
atau kesusahan. Selain itu, aturan Shamanisme yang mempercayai bahwa setiap
objek di alam memiliki arwah dan jiwa masih dipercaya luas di Korea selatan.
Ø Sistem organisasi kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan Patriarkhi menimbulkan status sosial
yang dipecah-pecah dalam sistem kasta. Kelompok teratas dipegang oleh raja
beserta keluarganya besrta bangsawan, kelompok menengah diisi pendudu yang
sebagian besar petani, yang ketiga ialah kaum rendahan yaitu budak. Kelompok
menengah dan rendah tinggal di daerah khusus yaitu Hyang, So dan Bugok. Di masa
kerajaan Chosun, aliran Konghuchu menjadi landasan bagi negara sehingga negara
berusaha menekankan rakyatnya untuk mengikuti Konghuchu dan meninggalkan Buddha
yang telah dianut masyarakat.
Ø Sistem Pengetahuan
Sistem penanggalan atau kalender Korea didasarkan
pada kalender lunisolar. Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran
(jeolgi) yang masing-masing terdiri dari 15 hari dan digunakan untuk menentukan masa
tanam atau panen pada masyarakat agraris pada zaman dahulu,
namun pada saat ini tidak digunakan lagi. Kalender
Gregorian diperkenalkan di Korea tahun 1895, tapi hari-hari tertentu
seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masih didasarkan pada
sistem kalender lunisolar.
Misalnya Festival terbesar di Korea antara lain:
a) Seollal, hari pertama dari tahun bulan yang baru, yang jatuh kira-kira pada akhir
Januari atau awal Februari pada kalender matahari. Seluruh keluarga berkumpul pada hari itu. Dengan
berpakaian Hanbok atau pakaian terbaik mereka, seluruh keluarga melaksanakan
upacara menghormati roh leluhur. Sesudah upacara, anggota keluarga yang lebih
muda memberikan penghormatan secara tradisional dengan cara membungkuk
dalam-dalam kepada anggota yang lebih tua keluarga yang dinamakan sebae.
b) Daeboreum, festival bulan
purnama pertama. Pada hari libur ini, para petani dan
nelayan berdoa meminta hasil panen dan tangkapan ikan yang melimpah, dan rumah
tangga biasanya mengungkapkan keinginan untuk mengalami tahun yang penuh
keberuntungan dan terhindar dari nasib buruk dengan cara mempersiapkan makanan
istimewa berupa sayur-sayuran yang telah dibumbui.
c) Dano, festival musim semi. Hari kelima pada bulan kelima tahun bulan,
para petani tidak pergi ke ladang dan mengambil satu hari libur untuk
mengadakan perayaan bersama untuk menandai selesainya musim semai, sedangkan
para wanita mencuci rambut mereka dengan air khusus yang dibuat dengan merebus
bunga iris dengan harapan mereka mampu terhindar dari kemalangan.
d) Chuseok, festival panen raya
atau festival kue bulan. Hari bulan purnama
di musim gugur yang jatuh pada hari ke-15 bulan kedelapan kalender bulan,
mungkin merupakan hari raya yang paling ditunggu-tunggu bagi rakyat Korea masa
kini. Anggota keluarga berkumpul bersama, memberikan penghormatan pada nenek
moyang mereka, serta mengunjungi makam leluhur.
Ø Sistem Mata pencaharian dan sistem - sistem ekonomi
Sebenarnya
sejak masa neolitikum pertanian sudah mulai dikenal dan mulai dikembangkan
lebih maju lagi menggunakan alat besi di masa Kojosun. Tetapi pada masa
unifikasi tiga kerajaan, keadaan para petani berada dalam golongan menengah
setelah golongan bangsawan dan raja. Mereka harus memenuhi berbagai pajak dan
harus memenuhi panggilan raja sebagai tenaga kerja. Sehingga pertanian kurang
berkembang. Tetapi dengan adanya sarana irigasi menyelamatkan industri
pertanian di masa 3 kerajaan ini. Perekonomian di masa unifikasi
Ø Ilmu teknologi
dan peralatan.
Ø
Teknologi
Kereta
listrik KTX
Salah satu bukti awal yang menunjukkan kemajuan dari
bidang iptek bangsa Korea adalah cheomseongdae, bangunan observatori pengamat
langit yang dibangun tahun 634 Masehi (Silla). Sejak dahulu ilmu pengetahuan
dan teknologi Korea sudah dipengaruhi Tiongkok yang lebih maju. Korea mengimpor
sistem/cara bertani padi, geomansi, astronomi, fengshui, arsitektur, kesenian
dari dinasti-dinasti Tiongkok. Dalam perkembangannya menghasilkan karya-karya
unik khas Korea seperti alat cetak blok kayu pertama di dunia, Jikji, lalu
Tripitaka Koreana, kertas, keramik seladon, jam matahari, alat pengukur hujan,
jam air, abjad Hangul, kapal perang dan sebagainya.
Pada zaman modern
keunggulan teknologi Korea sangat dikenal dalam industri otomotif dan
elektroniknya. Produk robot yang baru diciptakan adalah HUBO menyusul
keunggulan Jepang. Prestasi Korea juga tercipta saat seorang astronotnya
berhasil mengorbit dengan pesawat NASA, yaitu Lee So-yeon. Perkembangan IPTEK di
Korea Selatan awalnya tidak berkembang dengan baik karena masalah pembagian korea dan Perang Korea
yang terjadi setelah masa kemerdekaan. Kemajuan IPTEK mulai dirasakan pada
tahun 1960an ketika pemerintahan diktator Park Chung-hee dimana ekonomi Korea
Selatan melaju pesat.
Robotik telah
menjadi riset dan pengembangan yang utama di Korea Selatan sejak 2003. Pada 2009, pemerintah
mengumumkan rencana untuk membangun taman tematik robot di Incheon
dan Masan dengan dana
pemerintah maupun swasta. Pada 2005, Institut Ilmu Pengetahuan dan
teknologi Korea Selatan mengembangkan robot
humanoid kedua di dunia yang mampu berjalan. Institut Teknologi
Industri Korea juga berhasil mengembangkan android Korea yang pertama, EveR-1 pada Mei 2006.
Ø
Peralatan
a.
Rumah
Hanok, rumah
tradisional Korea, memiliki bentuk yang tidak berubah dari masa Tiga Kerajaan
sampai akhir periode Dinasti Chosun (1392 –1910). Yang unik dari Hanok adalah ondol, sistem pemanasan bawah lantai khas Korea, digunakan
untuk pertama kalinya di daerah utara. Asap dan panas yang dihasilkan oleh
kompor-kompor dapur di atas tanah disalurkan melalui pipa asap yang dibangun di
bawah lantai. Di daerah selatan yang lebih hangat, ondol digunakan bersama
dengan lantai kayu. Bahan baku utama rumah-rumah tradisional adalah tanah liat
dan kayu. Giwa, atau genteng atap beralur hitam, dibuat dari tanah, biasanya
tanah liat warna merah.
Hanok dibangun tidak menggunakan
paku namun kayu-kayunya disatukan menggunakan pasak-pasak kayu. Rumah-rumah untuk kaum kelas atas terdiri
dari sejumlah bangunan terpisah, satu untuk menampung wanita dan anak-anak,
satu untuk kaum laki-laki dalam keluarga dan tamu-tamu mereka, dan bangunan
lain untuk para pembantu, yang semuanya dikelilingi oleh sebuah tembok. Tempat
ibadah keluarga untuk menghormati arwah nenek moyang dibangun di belakang
rumah. Sebuah kolam dengan bunga teratai kadang-kadang dibuat di depan
rumah di luar tembok.
Bentuk rumah-rumah ini berbeda
antara daerah utara yang lebih dingin dengan daerah selatan yang lebih hangat.
Rumah-rumah sederhana dengan lantai berbentuk persegi panjang, dapur, serta
sebuah kamar di tiap sisinya berkembang menjadi rumah berbentuk huruf L di
daerah selatan. Hanok pada perkembangannya berubah bentuk menjadi mirip huruf U
atau kotak yang mengelilingi sebuah halaman.
Hanok memilih tempat
berdasarkan geomansi. Orang Korea meyakini bahwa beberapa
bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk
yang harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bentuk bangunan, arah, serta
bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya. Rumah menurut kepercayaan mereka
harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima
sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam
kehidupan modern saat ini.
b.
Pakaian
Pakaian tradisional Korea disebut
Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian
atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).
Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian
merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan
menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa
dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin. Dahulu, Hanbok diklasifikasikan
untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok
untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama
(doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.
c.
Bangunan dan Situs Bersejarah
Kuil Jongmyo Kuil Jongmyo yang
terletak di jantung kota Seoul dijadikan UNESCO sebagai Situs Warisan
Dunia pada tahun 1995. Kuil ini dibangun untuk menyimpan
tablet-tablet memorial anggota mendiang penguasa (Dinasti Chosun) yang
didasarkan pada tradisi Konfusianisme. Setiap tahun pada bulan Mei diadakan
upacara Jongmyo (Jongmyo Daeje) yang menampilkan upacara persembahan dan
tarian. Pertama dibangun tahun1394 dan terbakar tahun 1592 ketika Jepang
menyerang Korea, lalu pada tahun 1608 dibangun kembali. Kuil ini berisi 19 buah
tablet memorial para raja dan 30 tablet ratu yang ditempatkan di dalam 19 buah
kamar.
Istana Changdeok
Changdeokgung atau “Istana Kebajikan Mulia” dibangun
tahun 1405 dan musnah dilalap api pada tahun 1592 akibat
invasi Jepang, dan direkonstruksi kembali pada tahun 1609. Lebih dari 300
tahun Istana Changdeok adalah pusat kedudukan kerajaan. Istana Changdeok
dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1997.
Tripitaka Koreana dan Haeinsa
Haeinsa adalah kuil Buddha tempat penyimpanan kitab suci Tripitaka
Koreana. Dibangun pada tahun 802 M di puncak Gunung Gaya di
propinsi Gyeongsang Selatan. Tripitaka Koreana adalah kitab suci
Buddha yang tersusun dari ukiran tulisan di blok-blok kayu, berjumlah
81.258 buah blok kayu yang tersusun rapi. Semua tulisannya diukir
dalam aksara Tionghoa (hanja).
Hwaseong Benteng Hwaseong adalah
sebuah benteng yang dibangun pada masa Dinasti Chosun yang terletak di kota
Suwon, propinsi Gyeonggi. Rekonstruksinya diselesaikan pada
tahun 1796 dan melingkupi pada tanah yang datar dan bukit-bukit
sepanjang 5,52 km. Benteng ini memiliki 4 gerbang utama, sebuah gerbang air, 4
gerbang rahasia, dan sebuah menara suar.
Kota Gyeongju adalah
ibukota kerajaan Silla dimana masih terdapat kompleks makam penguasa
Silla yang berbentuk bukit-bukit besar. Wilayah Namsan terkenal akan
artefak-artefak Silla yang berharga seperti mahkota emas, perhiasan, kuil-kuil
Buddha, pagoda dan arca-arca yang umumnya berasal dari abad 7 sampai abad ke 10
Masehi. Komplek Makam Koguryo berada di wilayah negara Korea Utara,
seperti di Pyongyang, propinsi Pyongan Selatan, dan
kota Nampo (Hwanghae Selatan).
Ø Bahasa
Bahasa Korea termasuk rumpun Altaik, bahasa Altaik meliputi bahasa Turki,
Mongolia, Tungusik dan sebagainya mulai dari Siberia sampai Sungai Volga.
Alasan bahasa Korea dipercaya termasuk rumpun Altaik, adalah karena bahasa
Korea mempunyai kecirikhasan susunan yang sama dengan bahasa lain yang
tergolong rumpun Altaik.
Akibat semenanjung Korea terbagi cukup lama, heterogenitas
bahasa antara Korea Selatan dan Korea Utara makin meningkat. Namun, perbedaan
bahasa antar Korea, terdapat hanya dari makna kosakata, contoh penggunaan
kosakata, istilah baru dan sebagainya, maka tidak ada masalah apa pun dalam
komunikasi. Korea Selatan dan Korea Utara berusaha keras untuk mengatasi
heterogenitas bahasa seperti itu, misalnya para pakar bahasa Korea Selatan dan
Korea Utara bekerjasama meneliti bahasa. Dialek
bahasa Korea
biasanya terdiri dari 6 jenis, yaitu :
a. Dialek daerah timur laut = di
propinsi Hamgyeong Utara, propinsi Hamgyeong Selatan dan propinsi Yanggang di
Korea Utara
b. Dialek daerah barat laut = di
propinsi Pyeongan Utara, propinsi Pyeongan Selatan, propinsi Jagang, dan daerah
bagian utara propinsi Hwanghae di Korea Utara
c. Dialek daerah tenggara = di propinsi
Kyeongsang Utara, propinsi Kyeongsang Selatan, dan sekitarnya.
d. Dialek daerah barat daya = di
propinsi Cheola Utara, dan propinsi Cheola Selatan
e. Dialek pulau Jeju = di pulau Jeju
dan pulau-pulau sekitarnya
f. Dialek bagian tengah = di propinsi
Kyeonggi, propinsi Chungcheong Utara, Chungcheong Selatan, propinsi Kangwon,
dan propinsi Hwanghae
Huruf Korea,
Hangeul diciptakan oleh raja ke-4 di masa kerajaan Chosun, Raja Agung Sejong di
tahun 1443 lalu, hingga diamanatkan di tahun 1446. Nama huruf Korea saat itu
merupakan 'Hunminjeongeum' berarti 'tulisan untuk rakyat', yang akan menjadikan
pembacaan dan penulisan bahasa Korea menjadi suatu urusan yang mudah bagi semua
orang, tidak tertentu kelasnya. Huruf Korea terdiri dari 17 huruf konsonan dan
11 huruf vokal yang digabung untuk membentuk suku kata.
Meskipun
Hunminjeongeum diamanatkan, namun dokumen resmi tetap dicatat dalam huruf Cina.
Setelah titah raja berisi huruf Korea harus dipakai sebagai pengganti huruf
Cina, yang dikeluarkan di bulan Nopember tahun 1894, huruf Korea menjadi bahasa
negara yang resmi setelah 450 tahun berlalu sejak Hunminjeongeum diciptakan.
Nama 'Hangeul'
diciptakan oleh sarjana Ju Shi-kyeong, hingga dipakai sejak tahun 1913 lalu.
Setelah itu, nama 'Hangeul' disebarluaskan setelah majalah rutin berjudul
'Hangeul' diterbitkan tahun 1927. 'Hangeul' bermakna 'bahasa untuk bangsa
Korea', 'bahasa agung', dan 'bahasa terunggul di dunia', hingga sama dengan
makna istilah Hunminjeongeum. Sesuai dengan yang ditetapkan oleh Institut
Pengkajian Bahasa Korea tahun 1933, 4 huruf dari 28 huruf yang aslinya
diciptakan, dihapuskan, hingga menjadi 24 huruf, yaitu 14 huruf konsonan dan 10
huruf vokal.
Ø . Kesenian
a.
Seni Musik dan Seni Tari
Musik dan tarian merupakan sarana
ibadah, dan tradisi ini berlanjut terus selama periode Tiga Kerajaan. Lebih
dari 30 alat musik digunakan dalam periode ini, dan satu yang khususnya patut
dicatat adalah hyeonhakgeum (sitar berbentuk seperti burung bangau berwarna
hitam), yang diciptakan oleh Wang San-ak dari Koguryo dengan
mengubah sitar bersenar tujuh dari Dinasti Jin dari Cina. Alat musik
gayageum yang terdiri dari 12 senar masih dimainkan di Korea modern. Koryo mengikuti
tradisi musik Silla pada tahun-tahun awalnya, namun selanjutnya Koryo memiliki
aliran-aliran yang lebih beragam. Ada tiga jenis musik di Koryo, yakni Dangak yang
berarti musik dari Dinasti Tang di Cina, Hyangak atau musik pedesaan, dan Aak
atau musik istana.
Beberapa jenis musik Koryo merupakan warisan dari Dinasti
Chosun dan masih digunakan dalam upacara-upacara masa ini, terutama
upacara-upacara yang melibatkan pemujaan pada nenek moyang. Seperti halnya pada
musik, pada mulanya Koryo juga menikmati tradisi tarian dari Tiga Kerajaan,
namun kemudian Koryo menambahkan jenis - jenis lain dengan diperkenalkannya
tarian istana dan tarian keagamaan dari Dinasti Song di Cina. Pada jaman
Dinasti Chosun, musik dihargai sebagai unsur utama ritual keagamaan dan
upacara-upacara. Sejak awal munculnya dinasti ini, dua lembaga yang menangani
masalah musik didirikan dan upaya-upaya ditempuh untuk menyusun
komposisi-komposisi musik. Hasilnya, sebuah kitab musik yang dikenal sebagai
Akhakgwe-beom diterbitkan pada tahun 1493. Buku ini mengelompokkan musik yang
akan dimainkan di istana menjadi tiga kategori yakni, musik upacara, musik
Cina, dan musik pribumi. Terutama di saat Raja Sejong berkuasa, banyak alat
musik baru dikembangkan. Di samping musik istana, tradisi musik sekuler seperti
Dangak dan Hyangak terus berlanjut. Tari-tarian rakyat, termasuk tarian petani,
tarian dukun, dan tarian biarawan, menjadi populer di kemudian hari pada
periode periode Chosun, seiring dengan populernya tarian topeng yang dikenal
dengan nama Sandaenori dan tarian boneka.
Tari topeng ini menggabungkan tarian dengan lagu dan cerita
serta memasukkan unsur - unsur shamanisme yang sangat menarik bagi rakyat
biasa. Sebaliknya, pengaruh-pengaruh Konfusius dan Budha sangat menonjol pada
tarian tradisional. Pengaruh Konfusianisme bersifat represif, sedangkan
pengaruh Budha mengijinkan sikap yang lebih toleran seperti ditunjukkan pada
tari-tarian istana yang sangat indah serta tari-tarian shaman yang ditujukan
bagi orang yang telah meninggal.
b.
Seni Rupa
Lukisan dinding pada makam-makam Koguryo, yang kebanyakan
ditemukan di sekitar Jiban dan Pyongyang, menunjukkan kebesaran seni kerajaan
ini. Lukisan-lukisan dinding pada keempat dinding dan langit-langit ruang
penguburan menampilkan gambar-gambar dengan warna cerah dan gerakan penuh
energi dan dinamis, menggambarkan pemikiran - pemikiran mengenai kehidupan di
bumi dan di dunia sesudah kematian. Seni Baekje terutama ditandai oleh
permukaan yang halus serta senyum-senyum yang hangat seperti ditemukan pada
gambar tiga serangkai Budha yang dipahat pada batu di Seosan.
Benang-benang dari emas serta biji-biji emas yang ditemukan
di dalam makam bersamadengan perhiasan-perhiasan yang amat indah membuktikan
keterampilan artistik yang sangat tinggi dari kerajaan ini. Sementara itu,
pengakuan resmi akan agama Budha sepanjang pemerintahan Tiga Kerajaan berujung
pada dibuatnya dibuatnya patung-patung Budha. Salah satu contoh utama adalah
patung Maitreya (Budha Masa Depan) yang duduk dalam meditasi dengan salah satu
jarinya menyentuh pipi.
Kerajaan Silla Bersatu (676 – 935) mengembangkan suatu
budaya artistik yang telah diperindah dengan selera internasional yang kuat
sebagai akibat dilakukannya pertukaran - pertukaran dengan Dinasti Tang dari
Cina (618 – 907). Meski demikian, tetap saja agama Budha menjadi kekuatan
pendorong utama di balik perkembangan budaya Kerajaan Silla. Gua Seokguram,
contoh sempurna seni rupa Kerajaan Silla Bersatu, merupakan mahakarya yang
tidak ada bandingannya karena patung-patungnya yang megah, ungkapan-ungkapannya
yang realistis, serta bagian-bagiannya yang khas.
Di samping itu, para pengrajin Kerajaan Silla juga sangat
mahir dalam membuat lonceng kuil. Lonceng-lonceng perunggu seperti Lonceng
Ilahi milik Raja Seongdeok yang dibuat pada akhir abad ke-8 terkenal karena
desainnya yang elegan, suaranya yang nyaring, serta bentuknya yang sangat
besar.
Nilai artistik Kerajaan Koryo (918 –- 1392) dapat dilihat
dari barang-barang seladon. Warna hijau seperti pada batu permata jade, disain
yang elegan, dan berbagai macam seladon Koryo merupakan keindahan yang sangat
tinggi dan berbeda dari keramik - keramik buatan Cina.
Sampai paruh pertama abad ke-12, seladon Koryo dikenal
karena warnanya yang bersih, sedangkan pada paruh kedua abad tersebut teknik
menoreh desain pada tanah liat dan mengisi ceruk-ceruknya dengan tanah liat
lunak warna putih atau hitam menjadi ciri utamanya.
Buncheong, periuk yang terbuat dari tanah liat berwarna
abu-abu dan dihiasi dengan lapisan tanah liat lunak warna putih, merupakan
jenis keramik yang dibuat pada masa Dinasti Chosun. Keramik ini dilapisi oleh
lapisan berwarna biru keabu-abuan yang mirip dengan jenis seladon. Yang juga
menjadi produk khas dari jaman ini adalah porselen porselen warna biru dan
putih. Digunakan oleh rakyat biasa dalam kehidupan sehari-hari mereka,
barang-barang Buncheong dihiasi oleh pola-pola bebas. Porselen putih, yang
menunjukkan harmoni yang sempurna antara lekukan-lekukan dan nadanada warna
yang halus merupakan contoh puncak keindahan seni. Dimulai pada pertengahan
abad ke-15, porselen biru dan putih mulai menunjukkan nilai estetik yang tinggi
berkat polapola menawan yang dilukis pada zat warna kobalt berwarna biru pada
seluruh permukaan porselen.
c.
Seni Lukis
Walupun pelukis-pelukis Korea menunjukkan tingkat
keterampilan tertentu yang terakumulasi sejak masa Tiga Kerajaan, sebagian
besar lukisan yang dibuat telah musnah karena dilukis di atas kertas.
Akibatnya, hanya mungkin bagi kita untuk mengapresiasi lukisan-lukisan dari
masa itu dengan jumlah sangat terbatas, seperti misalnya lukisan-lukisan pada
dinding makam.
Selain lukisan-lukisan dinding Koguryo, ubin-ubin lanskap
Baekje dan Lukisan Kuda Terbang dari Kerajaan Silla menjadi bukti kekhasan dan
kualitas lukisan-lukisan dari masa Tiga Kerajaan. Karya-karya ini menunjukkan
garis-garis penuh energi dan berani serta komposisi yang sangat teratur, yang
merupakan ciri-ciri khusus periode ini. Garis-garis yang sangat halus dan
hidup menjadi ciri lukisan-lukisan ilustrasi ini. Baik lukisan-lukisan dekoratif
maupun lukisan-lukisan agama Budha mencapai puncaknya pada masa Dinasti Koryo.
Dalam periode ini, bermacam jenis lukisan dibuat. Lukisan-lukisan dari periode
ini yang masih ada sampai sekarang terutama lukisan-lukisan agama Budha dari
abad ke-13 dan 14.
Prestasi terbesar dalam seni lukis
Korea terjadi pada periode Dinasti Chosun. Para pelukis profesional yang
terlatih serta para seniman terpelajar memainkan peran utama dalam perkembangan
seni lukis Korea. Kecenderungan ini bisa dilihat pada lukisan-lukisan lanskap
dengan tema-tema sekuler. Jeong Seon (1676 – 1758) dan Kim Hong-do (1745 –
1816) dianggap sebagai dua pelukis utama pada periode ini.
Jeong Seon mengisi kanvasnya dengan
pemandangan indah gunung-gunung di Korea berdasarkan gaya lukis Aliran Selatan
dari Cina, sehingga ia mampu menciptakan gaya lukis Korea yang khas. Ia telah
memberikan pengaruh pada seniman Korea mana pun dalam perkembangan selera seni
kaum terpelajar pada masanya, dan hal ini terus berlanjut sampai sekarang.
Salah satu mahakaryanya adalah ”Pemandangan Panoramik Pegunungan Geumgang.”
Sementara itu, lukisan-lukisan Kim
Hongdo sangat dihargai karena ia mampu menangkap kehidupan sederhana para
petani, pengrajin, dan pedagang. Penggambarannya yang seksama namun penuh humor
sangatlah menonjol. Pada tahun-tahun terakhir Dinasti Chosun, gaya-gaya
seni lukis Korea semakin berkembang. Para pelukis yang tidak memperoleh latihan
sebelumnya justru muncul sebagai penghasil lukisan-lukisan rakyat yang sangat
aktif, dengan konsumen yang juga berasal dari rakyat biasa. Lukisan-lukisan
rakyat ini menampilkan penggunaan warna-warna cerah yang bebas serta desain yang
disederhanakan dan telah distilisasi atau tidak menggunakan bentuk-bentuk
natural.
Sumber
–sumber :
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Korea
0 komentar:
Posting Komentar