Pages

Mengenai Saya

Foto saya
Nama : Andika Prasetya TTL : Jakarta, 4 Agustus 1994 Simple aja orangnya

Kamis, 26 Maret 2015

TUGAS KE 2 BAHASA INDONESIA 2 REVIEW JURNAL

                                                Andika Prasetya / 10212785 / 3EA14

MENDENGARKAN MUSIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN dan FUNGSI OTAK

PENDAHULUAN
Kemampuan otak manusi sebenarnya sangat luar biasa hanya saja kebanyakan orang belum menggunakan otak mereka dengan maksimal. Orang-orang kurang tau bagaimana memaksimalkan kemampuan dan fungsi otak mereka. Hal berdampak pada kurangnya susumberdaya manusia yang cerdas dan memiliki pemikiran yang kreatif dan inovatif. Generasi penerus di indonesia saat ini masih kalah dengan negara-negara yang sudah maju. Kurang adanya tindak lanjut tentang hal tersebut akan membuat kuwalitas sumberdaya manusia yang ada di indonesia semaki menurun dan tertinggal. Oleh sebab itu perlu diadakan sebuah program untuk meregenerasi sumberdaya manusia yang ada di dindonesia. Minimal dari individu itu sendiri atau dari pribadi masing-masing. Karena yang mengetahui kondisi dari dirinya adalah individu itu sendiri, kemampuan dan kecerdasan otak seseorang di pengaruhi dari kegiatan yang dilakukan oleh orang tersebut, mulai dari tindakan sadar ataupun tindakan yang tidak sadar. Kecerdasan otak seseorang perlu diasah agar meningkatkan kinerja dan jaga fungsinya.

PEMBAHASAN
Otak merupakan organ dari tubuh manusia yang sangat penting peranannya. Didalamnya terdiri dari milyaran sel-sel syaraf yang saling terhubung dan tersusun secara teratur, dan sistem syaraf tersebut saling berkaitan dan saling bekerjasama membentuk perpaduan antara satu komponen dengan komponen lain. Dan  komponen-komponen tersebut sangat penting untuk mendukung kinerja otak. Otak sangat penting dan sangat fital peranannya bagi manusia, dia bertugas mengontrol semua kerja organ-organ yang ada dalam tubuh manusia. Otak juga memegang kendali emosi, dan yang paling penting otak memegang kendali atas apa saja yang akan di kerjakan manusia (Pink, 2007).
Kemampuan otak seseorang memang berbeda-beda, tetapi kebanyakan hanya digunakan sebagian dari kemampuan otaknya, atau dengan kata lain kurang maksimal. Kurangnya pengetahuan tentang bagaimana cara mengasah kemampuan otak mungkin menjadi kendala kurang maksimalnya kemampuan otak seseorang. Orang-orang hanya mengunakan kemampuan otak mereka bukan menjaga dan mengasah kemanpuan otak agar bisa berfungsi secara optimal. Memang tidak mudah dalam mengasah kemampuan otak perlu usaha dan kerja keras. Tetapi bukannya tidak mungkin untuk membuat otak berfungsi dengan maksimal. Kita memerlukan metode dan cara yang tepat untuk membuat kemampuan otak menjadi lebih baik (Campbell, 2002).
Musik merupakan karya cipta manusia yang sangat indah, perpaduan nada-nada yang saling bersautan menciptakan harmoni yang dapat menenangkan pikiran. Beragamnya musik di dunia ini dapat di jadikan alternatif untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi kemampuan otak seseorang. Perkembangan otak mausia dimulai sejak lahir dan mencapai puncaknya pada usia 40 tahun (Pink, 2007). otak akan terus berkembang dan semakin lama fungsi dan kinerjanya akan semakin menurun hal tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya usia, tingkat stres dan pengaruh dari luar contohnya gaya hidup yang kurang baik yaitu pola makan dan tingkah laku (lihat http://randipopo.wordpress.com, 2012). Kurangnya kesadaran tentang pentingnya merawat otak sejak sedinimungkin menyebabkan kemampuan otak di usia-usia dewasa akan semakin menurun oleh sebab itu musik dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan dan merangsang kemampuan otak agar bekerja lebih maksimal dan optimal

PENERAPAN METODE MUSIK
        Dalam mendengarkan musik untuk meningkatkatkan kemampuan otak dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja. Misalnya pada saat ada waktu senggang kita dapat mendengarkan musik, atau pada saat sedang belajar dan saat berkumpul dengan temam-teman juga bisa. Mendengarkan musik tidak membutuhkan biaya yang mahal karena saat ini banyak sekali situs-situs di internet yang menyediakan fasilitas untuk mendownload musik secara gratis. Sebaiknya menerapkan metode mendegarkan musik pada saat akan tidur karena nantinya otak kita akan terasa rileks dan tenang. Mendengarkan musik dalam keadaan tertidur akan membuat kita menjadi tenang, tetapi musik yang diputar adalah musik-musik yang lembut, dan dengan volume yang rendah bukan dengan volume yang keras. Memutar musik dengan volume keras justru hanya akan mengganggu otak. Dan otak tidak akan terasa rileks akiabat musik yang keras

KESIMPULAN
            Otak manusia memang sangat unik dan luar biasa tetapi kuran maksimalnya kemampuan otak seseorang secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan orang tersebut. Dari tulisan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan otak di pengaruhi dengan beberapa faktor. Contohnya adalah makana dan gaya hidup. Otak merupakan organ yang fital tetapi kesehatan dan kesetabilan otak perlu dijaga, begitu juga kemampuannya agar dapat berfungsi secara optimal.

SARAN
musik dapat di jadikan sarana untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi otak manusia karena musik dapat merangsang syaraf-syaraf yang ada di otak. Dan ada banyak sekali tipe musik di dunia, tetapi musik yang cocok untuk merangsan perkembangan otak adalah musik yang lembut dan musik yang instrumenal bukan musik yang keras. Hal tersebut dikarenakan musik yang berirama keras malah akan mengganggu, atau bisa membuat kepala menjadi pusing. Musik memang banyak sekali kegunaannya termasuk dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan fungsi otak manusia.

Link: http://jurnalilmiahtp2013.blogspot.com/2013/12/mendengarkan-musik-untuk-meningkatkan_9871.html

TUGAS KE 2 BAHASA INDONESIA 2 REVIEW JURNAL

Andika Prasetya / 10212785 / 3EA14

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA LAKI-LAKI DI ASRAMA PUTRA

Pendahuluan
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan,tetapi masih banyak orang yangmelakukannya, bahkan orang mulaimerokok ketika dia masih remaja.Perilaku manusia adalah aktivitas yangtimbul karena adanya stimulus dan responserta dapat diamati secara langsungmaupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).Aktifitas yang secara langsung dapatdiamati pada remaja laki
laki adalah perilaku merokok. Perilaku merokok adalah perilaku yang dinilai sangatmerugikan dilihat dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupunorang lain disekitarnya (Aula, 2010).Menurut Levy (dalam Nasution, 2007) perilaku merokok adalah sesuatu aktivitasyang dilakukan individu berupamembakar dan menghisapnya serta dapatmenimbulkan asap yang dapat terhisapoleh orang-orang disekitarnya. MenurutLaventhal dan Clearly ada empat tahapdalam perilaku merokok. Keempat tahaptersebut adalah sebagai berikut: TahapanPrepatory, Tahapan
Intination (TahapanPerintisan Merokok),Tahap Becoming a smoker, Tahap Maintaining of Smoking.
Kandungan rokok membuatseseorang tidak mudah berhenti merokok karena dua alasan, yaitu faktor ketergantungan atau adiksi pada nikotindan faktor psikologis yang merasakanadanya kehilangan suatu kegiatan tertentu jika berhenti merokok (Aula, 2010).Meskipun semua orang mengetahuitentang bahaya yang ditimbukan akibatrokok, tetapi hal ini tidak pernah surutdan hampir setiap saat dapat ditemui banyak orang yang sedang merokok  bahkan perilaku merokok sudah sangatwajar dipandang oleh para remaja,khususnya remaja laki-laki (Susilo, 2009).Ada 3 fase klinik penting dalamkecanduan tembakau yaitu: mencoba,kadang-kadang menggunakan,menggunakan setiap hari (Subanada,2008). Seperti penggunaan zat-zat lainnya, terdapat beberapafaktor bagi remaja sehingga merekamenjadi perokok, misalnya faktor  psikologi, faktor biologi, faktor lingkungan (Subanada, 2008).Menurut lembaga survey WHO tahun 2008, Indonesia menduduki peringkat ke 3 sebagai jumlah perokok terbesar di Dunia, dan kini Indonesia jugamencetak rekor baru, yakni jumlah perokok remaja tertinggi di Dunia.Sebanyak 13,2 % dari total keseluruhanremaja di Indonesia adalah perokok aktif.Hasil penelitian menunjukkan bahwaumur remaja perokok 16-17 tahun dansemua telah memulai merokok pada umur dibawah 15 tahun.Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 april 2011 di asrama putra, terdapat 25 mahasiswa yangmerokok dengan berbagai faktor yangmenyebabkan perilaku merokok.Perilaku merokok yang dinilaimerugikan telah bergeser menjadi perilaku yang menyenangkan dan menjadiaktifitas yang bersifat obsesif.

Metode Penelitian
Desain penelitian adalah merupakansuatu strategi penelitian dalammengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan dataserta desain penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana penelitiandilaksanakan (Nursalam, 2003). Desain
yang digunakan adalah “deskriptif analitik” dimana rancangan penelitian ini
 bertujuan untuk mendiskripsikan(memaparkan) peristiwa-peristiwa yangurgen terjadi dimasa kini disajikan apaadanya tanpa adanya manipulasi dan peneliti menganalisis bagaimana danmengapa fenomena tersebut bisaterjadi(Nursalam dan Paini, 2001).Populasi dalam penelitian ini adalahPopulasi adalah keseluruhan dari suatuvariabel yang menyangkut masalah yangditeliti (Nursalam, 2001). Pada penelitianini populasinya adalah Mahasiswa Laki-Laki yang Tinggal di Asrama PutraSTIKES RS Baptis Kediri yangmemenuhi Kriteria Inklusi. Sampeldiambil dari mahasiswa STIKES RSBaptis Kediri yang tinggal di asrama putrayang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 33 orang. Tehnik sampling yangdigunakan adalah

Pemilihan sampeldalam penelitian ini dilakukan dengan
Total Purposive Sampling 
, yaitu suatuteknik penetapan sampel dengan caramemilih sampel diantara populasi sesuaidengan yang dikehendaki peneliti (tujuanatau masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenalsebelumnya (Nursalam, 2003). Variabeldalam penelitian ini ada 2 yaitu Variabelindependen adalah faktor pesikologis,faktor biologi dan faktor lingkungan yangmempengaruhi perilaku merokok padamahasiswa laki-laki di asrama putraSTIKES RS Baptis Kediri sedangkanVariabel dependennya adalah perilakumerokok. Instrumen pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian iniadalah berupa kuesioner. Kuesioner yaitu pengumpulan data secara formal kepadasubyek untuk menjawab pertanyaansecara tertulis (Nursalam, 2003).Kuesioner yang dipakai menggunakan
Closed Ended Questions dan dichotomy
, peneliti mengumpulkan data secaraformal kepada subyek untuk menjawab pertanyaan tertulis. Kuesioner diberikankepada responden yang memenuhi kriteriainklusi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok  pada mahasiswa STIKES RS BaptisKediri yang tinggal di asrama putra, Datayang telah terkumpul kemudian diolahatau diprosentasekan denganmenggunakan skoring. Data yangdiperoleh untuk menilai perilakumerokok dengan cara memberikan pertanyaan sesuai dengan indikator  perilaku merokok kemudian diolah untuk  pengujian hipotesa penelitian. Untuk statistik yang digunakan adalah
 Regresi Linier Ganda
. Tingkat kemaknaannyadalam penelitian ini adalah = 0,05. Jika p 0,05 maka ada faktor yangmempengruhi perilaku merokok padamahasiswa laki-laki di asrama putraSTIKES RS Baptis Kediri

Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap 33responden didapatkan data kurang dari50% responden yang memiliki faktor  psikologi beresiko rendah dan perilakumerokok yang ringan yaitu 11 responden(33.3%). Setelah dilakukan uji statistik 
 Regresi Linier Ganda
yang didasarkan
taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤
0,05) didapatkan p = 0,007 maka Hoditerima dan Ha ditolak yang artinya ada pengaruh faktor psikologi terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra STIKES RS BaptisKediri.Secara teori aspek perkembangan pada remaja antara lain : menetapkankebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri, penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasifisik. Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi remaja agar mereka tampak bebas dandewasa saat mereka menyesuaikan diridengan teman-teman sebayanya yangmerokok, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres,kebosanan, ingin kelihatan gagah, dan sifatsuka menentang, merupakan hal-hal yangdapat mengkontribusi mulainya merokok.

Kesimpulan
Pertama Faktor psikologi berpengaruhterhadap perilaku merokok padamahasiswa laki-laki yang tinggal di asrama putra Stikes RS Baptis Kediri di dapatkansebanyak 11 responden (33.3%). KeduaFaktor biologi tidak berpengaruh terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki yang tinggal di asrama putra Stikes RSBaptis Kediri. Berdasarkan uji statistik 
 Regresi Linier Ganda
yang didasarkan taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤0,05) didapatkan p = 0,453 maka hipotesatidak ada pengaruh faktor biologi terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra STIKES RS Baptis. Ketiga Faktor lingkungan tidak  berpengaruh terhadap perilaku merokok  pada mahasiswa laki-lakiyang tinggal diasrama putra Stikes RS Baptis Kediri.Berdasarkan uji statistik 
 Regresi Linier Ganda yang didasarkan taraf kemaknaan
yang ditetapkan (α ≤ 0,05) didapatkan p =0,760 maka hipotesa tidak ada pengaruhFaktor Lingkungan terhadap perilakumerokok pada mahasiswa laki-laki diasrama putra STIKES RS Baptis Kedirifaktor Keempat Ada pengaruh faktor yang paling dominan yang mempengaruhi perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra Stikes RS BaptisKediri yaitu faktor psikologi dengan uji
 Regresi Linier Ganda yang didasarkan
taraf kemaknaan yang ditetapkan (α ≤0,05) didapatkan p = 0,007 maka hipotesaada pengaruh faktor psikologi terhadap perilaku merokok pada mahasiswa laki-laki di asrama putra STIKES RS BaptisKediri 

Saran
Setelah dilakukan penelitian ini maka peneliti perlu menyampaikan saran-saransebagai berikut pertama bagi respondendiharapkan responden mengetahui tentang bahaya merokok,sehingga dengan motivasidari diri sendiri responden dapat mengubah pola hidup dengan mengurangi perilakumerokoknya secara bertahap sampai tidak merokok sama sekali, sehingga dapatmenentukan sikap yang baik terhadap perilaku merokoknya (responden berhentidalam perilaku merokoknya), kedua bagi Profesi Keperawatan diharapkan hasil penelitian ini sebagai masukan kepada perawat dan petugas kesehatan lainnyatentang pentingnya memberikan informasidan penyuluhan kepada responden tentangdampak merokok sehingga respondendapat menentukan sikap yang baik terhadap perilaku merokoknya( secara bertahap responden berusaha untuk  berhenti merokok), ketiga bagi AsramaPutra Penelitian ini diharapkan sebagaimasukan bagi para pengelola asrama putraStikes RS Baptis Kediri agar dapatmemberikan penyuluhan dan peringatansecara rutin tentang bahaya merokok sertamemberikan motivasi akan pentingnya berhenti merokok dengan bekerja samadengan pendidikan dan dagi penelitiselanjutnya diharapkan peneliti selanjutnyadapat lebih melengkapi danmenyempurnakan penelitian ini denganmeneliti faktor 
faktor lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini

 Link: http://www.academia.edu/4313571/Jurnal_faktor_yg_mempengarui_perilaku_merokok_remaja_putra

Jumat, 20 Maret 2015

TUGAS 1 TULISAN BAHASA INDONESIA 2

Musik Dan Peradaban Manusia

Musik adalah suara yang disusun demikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama. Walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni. Mendengar musik pula adalah sejenis hiburan. Musik adalah sebuah fenomena yang sangat unik yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat musik.
Musik telah menjadi bagian dari kehidupan manusia baik dalam aktifitas  sakral maupun profan, ia memiliki daya magis yang mampu menghipnotis, oleh karenanya musik memiliki peran yang sangat penting sepanjang sejarah manusia. Sebagai produk kebudayaan, musik tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena musik adalah presentasi gagasan manusia sebagai individu maupun masyarakat. Ia adalah ungkapan rasa, ekspresi dan indikator eksistensi manusia. Musik diciptakan bukan hanya untuk dinikmati keindahannya saja, melainkan juga dijadikan sarana mengungkapkan rasa kekaguman manusia pada Sang Pencipta Alam, Yang Maha Tinggi. Ia menjadi ibadah, ritual keagamaan dalam konteks kepercayaan masa lalu. Dalam peribadatan kuno, musik sangat urgen, ia jembatan yang mampu mengerakkan manusia yang lainnya menjadi satu-rasa, oleh karenanya dikatakan mampu membangun daya magis. Hal itu dapat kita rasakan bahkan hingga masa sekarang, puji-pujian, doa-doa diucapkan dengan merdu bukan semata-mata untuk keindahan saja, melainkan membangun kekhusyukan ibadah. Telah banyak kita lihat di berbagai umat beragama dalam peribadatannya, di dalamnya kita temukan banyak unsur musik, murrậtal, azan, qira’at, pembacaan mantera, hymne dan Sebagainya.
Musik semakin terus berkembang layaknya kehidupan manusia, tidak hanya di tataran ritual sakral, musik menjadi dirinya sendiri dalam tataran disiplin ilmu dan kesenian dan menjadi pembahasan khusus sejak era Pythagoras. Sebagai karya, manifestasi  perasaan manusia terhadap apa yang dihadapi dalam kehidupannya. Pada wilayah kesenian serius  (terdapat dua kategori idealisme dalam kesenian) bahwa karya seni, termasuk musik, adalah kritik bagi kehidupan, ia juga potret dari kehidupan, ada yang bersifat temporal, terikat oleh waktu dan tempat tertentu saja seperti halnya musik pop, ada juga yang abadi sebagaimana tercermin dalam kesenian tradisional bangsa-bangsa di dunia, di dalamnya tersimpan nilai-nilai estetika dan etika yang selanjutnya kita kenal dengan istilah local wisdom atau “kearifan lokal” yang universal dan menjadi dasar atas gagasan serta perilaku suatu bangsa. Ia mampu merasuki jiwa dan membangkitkan perasaan hingga mempersatukan bangsa-bangsa, ia memiliki sifat universal, bahasa musik adalah bahasa yang bisa dimengerti oleh semua suku bangsa, ia juga mampu menjembatani manusia secara lahir dan batin, dari segi ekonomi dan mata pencaharian ia juga produk peradaban yang bisa diperjualbelikan dalam rangka mensejahterakan manusia melalui jalan industri seperti pada masa sekarang. Tetapi ia  juga mampu menjadi perusak, yaitu ketika musik semata-mata hanya menjadi barang komoditi yang kurang berisi, ketika orang tidak lagi memasukkan nilai kitik, seruan dan semangat perbaikan, hanya untuk mendulang uang, maka ia akan menjadi senjata yang membunuh manusia karena semakin terjauhkan dari nuraninya, dari nilai-nilai, beralih pada pencapaian materi semata.
Musik adalah obyek, ia bisa dijadikan apa saja tergantung bagaimana manusia memperlakukannya. Sebagaimana karya-karya seni lainnya, juga produk-produk kebudayaan lainnya, tidak hanya seni. Bahwa seringkali manusia menjalankan hidupnya terfokus pada satu cita-cita saja, kekayaan materi saja, meninggalkan hati-nuraninya dengan pola pikir dan perilaku yang luhur, sarat dengan nilai-nilai keberbudayaan maupun beragama, dan bukan hanya dalam pembicaraan saja, dalam gagasan saja. Nilai-nilai itu harus diejawantahkan oleh seluruh elemen masyarakat, termasuk para pemimpin masyarakat.
Dahulu kala, para pemimpin masyarakat memiliki budi yang luhur dan mulia sehingga masyarakat memberinya gelar, orang Mesir, Yunani, Cina, menganugerahi mereka gelar Dewa, di Nusantara dengan Sanghyang, Batara, Ratu, dan sebagainya. Mereka percaya bahwa para pemimpin itu adalah utusan Tuhan, perilaku dan perkataannya adalah kalimat Tuhan. Ratu adalah hukum. Oleh karenanya, para pemimpin itu bukan sekedar pemimpin secara politik, melainkanjuga secara spiritual. Nabi Muhammad SAW tidak hanya memimpin saat shalat sebagai imam, melainkan juga seorang perwira sekaligus hakim, dan sebagainya.
 Mulai dari Presidan, Gubernur hingga para pembantunya, adalah pemimpin, mereka dijadikan contoh  bagi rakyatnya. Sikap para pemimpin dan pejabat negara merupakan hukum, jika tidak sesuai dengan hukum dan nilai-nilai, maka harus dikenai “hukum”, kondisinya kini  terbalik. Hal semacam itu sudah berlaku di negeri ini, kejatuhan moral dan etika sudah terjadi di seluruh dimensi, seolah-olah kebudayaan telah tercerabut dari masyarakatnya, seringkali religiusitas menjadi retorika untuk menyembunyikan keserakahan.
Bahwa manusia akan selalu berusaha membuat hidupnya lebih baik, artinya manusia selalu membangun dirinya sendiri, merubah sendiri nasibnya, melalui pembangunan, dan pembangunan harus berlandaskan pada fitrah, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, makhluk berbudaya, dan makhluk yang membutuhkan Tuhan (peribadatan). Hanya manusialah makhluk yang mampu melakukan perubahan karena memiliki daya cipta, ide/gagasan. Manusia yang tidak berbudaya adalah mansuia yang terlepas dari sifat-sifat sosialnya, menjadi individualistis, hatinya akan dipenuhi keserakahan dan permusuhan karena merasa terus kekurangan karena kesalahan orientasi dalam menentukan cita-cita. Sangat banyak bangsa semacam ini dan telah menjadi contoh dimana semula berjaya kemudian terjungkir oleh keserakahan dan kedengkiannya sendiri, merasa paling berkuasa dan menjadi sombong dengan kekuasaan dan kekayaanya, sudah banyak diceritakan dalam kitab-kitab suci, babad, sejarah maupun dongeng dan legenda.
Kita pernah disuguhi kisah Suråqåh, Qarun, Fir’aun, Malin Kundang, Dampu Awang, dan sebagainya. Oleh karenanya, pembicaraan tentang seni bukanlah semata-mata sekedar membicarakan hiburan, atau tentang ilmu seni itu sendiri, melainkan kita harus memandangnya sebagai satu kesatuan kehidupan manusia, kehidupan yang didasari nilai-nilai, yang membuahkan gagasan dan tercermin dalam perilaku. Gambaran seperti apa gagasan dan laku manusia itu dapat mencerminkan nilai dan kualitas manusia itu dalam suatu bangsa, sebagai indikator identitas bangsa, apakah terlepas dari koridor etika serta nilai-nilai kemanusiwiannya atau tidak. Memang berat jika kita memandang bahwa kegiatan “berkarya seni” jadi terbebani oleh nilai-nilai kehidupan, ini dikarenakan karya seni adalah manifestasi kehidupan itu sendiri, dan karya seni yang seperti inilah karya yang orisinal, asli dan tidak terlepas dari kehidupan,  sementara itu, kualitas hidup manusia juga dapat dinilai berdasarkan sejauh mana peranannya dalam masyarakat.
Sudah saatnya untuk memulai ke arah sana, karena selama ini, baik kebijakan politik maupun  ekonomi yang seharusnya membawa kesejahteraan rakyat, justeru semakin menjauhi rakyat, kesenjangan semakin lebar. Sudah saatnya kembali pada hati nurani. Maka melalui buku ini, bukan hanya misteri pelog dan slendro saja yang akan terungkap, baik dari segi sejarah, mitos, maupun ilmiah. Akan tetapi hendaknya kita juga bisa mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa yang melatar-belakanginya, memahami peradaban dan kebudayaan yang melandasi semua produk-produknya, dan dengan demikian semoga kita mampu membuka mata dan menyadari akan “siapa kita”, semoga dengan terungkapnya misteri ini tidak membuat kita berbesar kepala pula, karena kebesaran yang kita punya merupakan tanggung jawab besar pula.
Mengungkap rahasia pelog dan slendro tidak lain berarti mengungkap rahasia musik tradisional. Musik tradisional Indonesia yang “eksotik”, fenomenal dan historik adalah gamelan. Perbincangan mengenai gamelan berikut sejarahnya, baik oleh orang Indonesia sendiri maupun dari mancanegara, selalu dimulai dari pulau Jawa dan Bali. Pengaruh gamelan sangat kuat bagi musik-musik tradisional di seluruh Nusantara. Secara khusus, pelacakan asal-usul gamelan justeru membawa kita menyusuri pulau Jawa, dan menariknya kita dituntun ke arah barat pulau Jawa, yaitu Banten.
Persoalan mengapa pelog dan slendro mesti membicarakan gamelan juga, hal ini karena pelog dan slendro adalah tangga nada yang digunakan dalam  gamelan. Di Jawa Barat gamelan sering dikaitkan dengan sebutan “gamelan degung”, dan ada juga yang menyebutnya “gamelan gending”, pada prinsipnya sama saja yaitu gamelan. Perbedaan keduanya berdasarkan pemakaian di masyarakat suku bangsa yang berbeda, tidak ada perbedaan secara prinsipil, namun sebagai pedoman, gamelan Jawa dimainkan dengan tempo lambat, gamelan Sunda dimainkan dengan cepat, sedangkan Bali dimainkan lebih cepat lagi serta penggunaan dinamika –keras dan lunaknya nada dibunyikan- yang tajam.
 Menurut catatan-catatan moderen, pada awal keberadaannya, gamelan hanya digunakan di keraton-keraton/istana kerajaan, permainan gamelan merupakan manifestasi atas kekaguman dan rasa terimakasih kepada Yang Maha Kuasa, bunyinya merupakan misteri, yang mampu membangkitkan rasa “agung”, “syahdu”. Pada perkembangannya kemudian gamelan menjadi sarana hiburan, misalnya pada penyelenggaraan pesta panen, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Perubahan ini ditandai dengan adanya perpindahan tangan kepemilikan gamelan dari para bangsawan kepada masyarakat biasa. Ini terjadi pada era kolonial, seiring dihapuskannya kerajaan-kerajaan atau kesultanan-kesultanan, dimana pada istana-istana yang memiliki gamelan, berpindah tangan pula. Sejak saat itu pulalah dua kebudayaan Timur dan Barat bersentuhan, orang timur mengenal biola, dan orang Barat mengenal gamelan.
Tetapi jauh sebelum itu, musik yang merupakan produk kebudayaan dimana pemunculannya beriringan dengan pemunculan suatu bangsa, telah tumbuh di berbagai tempat di dunia dan menjadi bagian dari sejarah dan peradaban bangsa-bangsa di dunia. Sementara itu, sejarah manusia berasal dari satu orang, yaitu Adam a.s., sebagaimana seluruh agama samawi mengakuinya, demikian pula dalam berbagai mitologi di dunia, khususnya pada masyarakat Baduy, mereka percaya bahwa manusia pertama adalah Adam, meski kita mencurigai pemahaman itu atas dasar masuknya pengaruh agama Islam.
Kemajuan peradaban manusia dipicu oleh munculnya gagasan-gagasan, gagasan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman yang biasanya muncul dari alam bawah sadar, dan mengingat-ingatnya berarti mengingat pengalaman nenek moyangnya, demikian menurut Carl Jung. Artinya, peradaban manusia berawal dari satu sumber, dan dengan demikian, ada satu titik temu antara pembahasan asal-usul musik terkait dengan asal-usul manusia oleh karena keduanya muncul hampir bersamaan. Cabang-cabang keturunan manusia pertama itu mewariskan sifat-sifat nenek moyangnya, serta menemukan metode-metode inovatif dari cara-cara sebelumnya. Demikian pula dalam seni musik, di berbagai bangsa telah mengenal tangga nada pentatonik, baik pola slendro maupun  pelog, serta terdokumentasikan dalam bentuk alat musik yang berbeda-beda pula sesuai dengan kondisi dan kekayaan alamnya masing-masing. Di Afrika terkenal dengan Balafon, Marimba, kalimba, dan sebagainya, dan di Yunani pada era pra Aristoxenus dan Pythagoras dikenal tangga nada anhemitonik sebagai tangga nada tradisional mereka, dibuktikan pada alat musik lyra. Pada era Pythagoras,  anhemitonikberkembang menjadi diatonis berdasarkan teori tetrachord 1 dan tetrachord 2 (Ammer, 2004:146).
Kemudian di era 1900an hingga sekarang, musik telah menjadi industri yang menggiurkan, banyak bermunculan grup-grup musik baik berupa band maupun grup vokalis, orkestra, lembaga-lembaga pendidikan musik, dan tentu saja perusahaan rekaman. Tidak hanya itu, musik menjadi sarana terapi, pendidikan, dan stimulan bagi pertumbuhan otak janin. Aristoteles menyatakan bahwa “musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme.”[1]

 2.      Pengertian Musik

Jika kita memandang musik sebagai ilmu, maka kita patut mempertanyakan apakah musik itu? Istilah musik jika diambil dari bahasa Yunani adalah “Mousiké”, kemudian ditransformasikan melalui bahasa Latin menjadi “Musica”. Istilah ini merujuk kepada “ilmu mengaransemen melodi”, dalam bahasa Arab disebut “‘ilm al-musiqi” sebagai terjemahan dari Yunani yang merujuk untuk musik secara teori, meskipun orang Arab sendiri menyebutnya sebagai  “’Ilm al-Ghinaa” yang telah terangkum secara empiris pada kebudayaan Arab.[2]
Secara teknis, musik dibangun oleh beberapa unsur. Diantaranya adalah bunyi, yaitu getaran yang dapat ditangkap oleh organ telinga manusia, yang selanjutnya disebut “nada”.[3] Dave Benson kemudian menyebutkan, musik itu adalah getaran udara, dan udara adalah gas yang terdiri dari atom dan molekul, penambahan dan pengurangan tekanan terhadap molekul inilah yang menyebabkan adanya perbedaan getaran (dan diinterpretasikan sebagai bunyi, pen), dalam kondisi temperatur normal, molekul udara bergerak atau bergetar dengan kecepatan 450 sampai dengan 500 meter per detik[4].
Lantas, apakah dengan demikian segala sesuatu yang berbunyi dapat dikatakan sebagai musik?
Untuk menjawabnya, mari kita perhatikan unsur musik lainnya, yaitu durasi (note value, time), yaitu waktu yang dihabiskan dalam membunyikan nada, atau maksudnya “seberapa lama nada itu dibunyikan”. Ada nada yang dibunyikan sebentar, bahkan kurang dari satu detik, ada yang lebih, bahkan ada yang lebih lama lagi.
Unsur lainnya adalah harmoni,  pembahasan mengenai hal ini sebenarnya berada pada tingkat polifonik, termasuk pembahasan tingkat lanjutan, yaitu mengenai memainkan lebih dari satu nada dalam waktu bersamaan. Misalnya pada piano, sementara jari jempolmembunyikan “do” jari tengah membunyikan “mi”. Antara nada mi dan do dikatakan harmonis jika pasangan nada tersebut terdengar nyaman di telinga – meski hal ini bersifat relatif, tergantung tingkat apresiasi pendengar, seringkali seseorang tidak nyaman dengan harmoni tersebut, tetapi orang lain merasa nyaman-.
Boleh dikatakan bahwa harmonisasi adalah kesesuaian antara nada yang satu dengan yang lainnya. Lazimnya, kesesuaian dimaksud mengacu pada serangkaian nada dalam satu “keluarga”, yaitu antara nada yang satu dengan nada yang lainnya masih berada dalam satu  tangga nada yang sama. Selanjutnya paham ini mengalami perkembangan dan aturannya semakin melebar. Baik melodisoloduettriokwartet, dan seterusnya. Kesesuaian pemasangan nada ini akan berpengaruh pada kenyamanan pendengaran, keadaan inilah yang dikatakan harmonis. Sebaliknya,  pemasangan nada yang tidak sesuai berpengaruh pada ketidaknyamanan pendengaran (dissonant). Tetapi pada akhirnya hal tersebut tergantung pada bagaimana musisi menginginkannya, toh pada perkembangan selanjutnya,  nada-nada dissonant[5] telah digunakan juga sejak era musik klasik terutama pada komposisi-komposisi Frederick Chopin hingga pada era jazz. Pada masa ini nada-nada dissonant begitu banyak digunakan sehingga menjadi ciri khas, akhirnya pada masa kini istilah dissonant jarang digunakan.
Dari sini penulis berpendapat bahwa pembicaraan musik harus dimulai dari tataran teknis, penulis memandang bahwa secara teknis, unsur utama dalam dunia musik adalah nada. Telah dikatakan bahwa nada adalah bunyi, yaitu bunyi yang dihasilkan oleh getaran suatu benda, resonansi yang dihasilkan menimbulkan efek suasana pada hati seperti dikatakan Aristoteles.
Seorang musisi, secara teknis akan memahami perihal tangga nada beserta intervalnya. Musisi yang sudah terkenal sekalipun, akan mengacu pada aturan ini. Oleh karena itu, nada perlu dibicarakan sebagai peletak dasar pembahasan ini, meskipun agak masuk ke dalam tataran teknis, penulis akan berusaha menyampaikannya secara sederhana dan tuntas.
Selanjutnya, penulis akan membahas di seputar musik pentatonis, yang berarti akan berbicara  dua hal, yaitu pentatonis dengan pola pelog dan pentatonis dengan pola slendro. Juga akan membicarakan alat-alat musik yang menggunakan tangga nada pentatonis, selndro maupun pelog terkait penggunaannya di masyarakat. Tentu saja akan membahas pula tentang jenis-jenis kesenian yang berada di wilayah Banten serta keterkaitannya dengan alat musik dan tangga nada yang mereka gunakan.
Pembahasan sejarah musik pentatonis, baik dari segi nada, maupun alat musiknya, keterkaitan peradaban manusia dengan musik yang diproduksinya, telah banyak dibicarakan. Secara umum dinyatakan bahwa kemunculan musik bersamaan dengan kemunculan makhluk yang bernama manusia. Hal ini tentu akan berbicara juga di seputar timbul-tenggelamnya suatu peradaban, berdasarkan literatur, bukti-bukti sejarah baik dalam karya sastra lisan, tekstual, maupun artefak.
Dari sini, penulis mencoba membuka wacana baru, bahwa keterkaitan sejarah musik pentatonik dengan sejarah peradaban manusia sangat erat, sehingga bisa diasumsikan bahwa musik penatonik berasal dari suatu tempat yang terpusat, lalu menyebar ke seluruh belahan bumi menjadi musik tradisional di negeri-negeri lain di dunia, yang pada akhirnya berkembang menjadi musik klasik, dan menjadi musik moderen seperti yang kita nikmati sekarang.

"Tulisan ini menggunakan induktif"
 

Blogger news

Blogroll

About